Pages

Feature waktu ikud pelatihan Feature Eka Tjipta Foundation
hahahagg..ini feature dapat tepuk tangan loh, haihaihai...
cukup banyak yg di edit dg pak andreas, tapi syang gak bs di blacklist dalam blog ini, ato aku yg gak tw caranya y..???

Hangatnya Rempah di Merdeka Barat
Rahayu Dian

Bau rempah yang menusuk, menuntun kaki saya untuk singgah di sebuah toko yang unik. Toko ini sudah lama dan berdebu. Ia Tterletak di Jalan Merdeka Barat, jantung desa Purwodadi. Berusia kurang lebih 20 tahun dan tak bernama. Toko papan itu dipenuhi puluhan kaca, yang biasa digunakan untuk membuat akuarium. Jika ada orang bertanya dimana toko akuarium, warga menyebutnya dengan toko ”Reni Gapuk”

Di toko ada meja dengan toples-toples bumbu dan rempah giling yang berjejer rapi. Di samping meja berdiri gagah mesin parut kelapa yang cukup besar dari ukuran biasanya.
Seorang ibu muda dengan daster tak berlengan menyapa saya.

“Reni,” ujar ibu berambut ikal itu.

Reni sosok seorang ibu muda dengan satu anak. Memiliki tubuh tambun dan gempal, dengan lemak yang memenuhi tubuhnya. Walaupun tubuhnya gempal tapi ia tetap gesit dan cekatan melayani jika ada pembeli. Berusia 30 tahun, orangnya sangat menarik dan terbuka.

Tangannya yang gemuk dan pendek dengan lihai membungkus bermacam bumbu sesuai permintaan pembeli. Cabe, kemiri, jintan dan berbagai bumbu siap jadi tersedia di tokonya. Segala hal yang saya tanyakan, Reni senatiasa menjawabnya sekali-kali ia terbahak-bahak. Mungkin ini salah satu ungkapan hatinya karena saya wawancarai, Jiahhh…

”Ibu berasal darimana?” tanya saya
”Áku lahir di Kerinci, orang tua berasal dari padang tapi aku merantau ke Purwodadi” Reni menjawab sambil tergelak.
Keadaan toko yang sekaligus rumah tinggalnya selalu dalam keadaan bising. Mulai dari kendaraan motor yang lalu lalang sampai deruman mesin parut kelapa

Suami Reni bernama Dedi. Reni beserta suaminya meneruskan usaha penggilingan bumbu peninggalan orang tua Reni. Suaminya lebih kurus dari Reni. sesekali pria yang memiliki satu orang anak ini melirik ke arah kami, dengan tangan yang tak lepas dari tempurung kelapa.

Reni tinggal bersebelahan dengan abang kandung dan sepupu dari suaminya. Mereka menerangkan kalau yang umumnya tinggal di toko-toko pinggir jalan merdeka barat kebanyakan dari Padang, sedang untuk orang Jawa kebanyakan tinggal di dalam lorong.

Mereka sering mengeluh mengenai kebutuhan primer warga yang tak kunjung ada hingga saat ini. Sebut saja listrik dan air bersih.

”Kami pake listrik hasil sambungan dari tetanggo belakang yang punyo diesel. Biaya sebulannyo empat ratus ribu. Kalo aer kami pake sumur, tapi kalau kemarau panjang tepakso lah pake aek rawo.” Ujar Reni sambil menengguk air kelapa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Total Pageviews

Follow Us

Instructions

Recent Posts

Contributors