bismillah
ANALISIS VEGETASI
Desmawati (A1C408054)
Kelompok IV:
Desmawati, Dede Nur Lela Sari, Dawam Suprayogi, Dianadita, Mahendra
ABSTRAK
Analisis vegatasi adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 27 November 2010 di Hutan UNJA yang berada di belakang LAB. BAHASA . praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati. Parktikum ini dilakukan dengan membuat plot sebesar 10 x 10 meter, plot dibuat sebanyak kelompok yang ada. Diamati spesies yang ada pada plot yang diamati.
Keywords: Analisis vegetasi, tumbuh-tumbuhan
PENDAHULUAN
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
(Anonym 2010)
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).
Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman.
Analisa vegetasi secara garis besar adalah mempelajari komunitas tumbuhan , yang mencakup identifikasi species, bentuk pertumbuhan species. Sedangkan khusus synekologi atau ekologi komunitas tumbuhan dikenal sebagai phytososiologi atau sosiologi tumbuhan.
Analisis vegetasi adalah suatu analisis yang bertujuan untuk mempelajari karakter suatu komunitas Analisa pada berbagai sifat terdiri dari jenis yang kualitatif dan yang kuantitatif. Jenis yang kualitatif berifat memerikan karena kesulitan untuk mengukurnya, meskipun kebanyakan data kualitatif itu dapat ditentukan kuantitasnya kemudian, tetapi jenis yang kuantitatif adalah corak yang dapat diukurdengan mudah .
Prinsif penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agr individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanfa duplikasi atau pengabaian. Karena titk berat analisa vegetasi terletak pada komposisi komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contohyang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Are (KSA).
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : 1. Luas minimum suatu petak yang dapat mewaskili habitat yang akan diukur, 2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendaptarkan jenis‐jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis‐jenis yang ditemukan kembali didaptar. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimum ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5‐10 % .
BAHAN DAN METODE
Praktikum analisis vegetasi ini memerlukan alat seperti tali raffia, penghitung, alat ukur diameter pohon, meteran 10 meter, patok tanda pembatas, alat tulis dan kertas lebel, penggaris, buku flora, plastik sebagai tempat sampel. Bahan yang digunakan adalah komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum.
Cara kerja praktikum ini adalah ditarik sepanjang 100 meter pada lokasi yang ditentukan. Dibuatlah petak-petak dengan ukuran 10 M X 10M secara berselang selang , pada sitiap(kotak) diamati jenis vegetasinya terutama diameter batangnya 10 cm, kerena sulit mengukur diameter batang, maka dihitung kelilingnyan saja. Dicatat nama spesies vegetasi yang terdapat didalam plot, jika belum mengetahui nama spesiesnya gunakan nama spesies A, B, C dan seterusnya. Dikumpulkan data dari semua plot dan dianalisis dalam satu kesatuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1. Data pengamatan
NO NAMA SPESIES JUMLAH PADA PLOT ∑
1 2 3 4 5 6
1 A I I I 3
2 B I I 2
3 C I I 2
4 D I I 2
5 E II 2
6 F I 1
7 G I II 3
8 H II I 3
9 I II I I 4
10 J I 1
11 K II 2
12 L I 1
13 M I 1
14 N I 1
15 O I 1
16 PETAI I 1
JUMLAH 3 7 6 2 5 6 29
Table 2. Data keliling, jari-jari dan bidang dasar suatu jenis
NO SPESIES Keliling (cm) r(cm) Luas (cm2) Bidang dasar
1 A1 101 16.08 812.63 13543.83
A2 55 8.75 240.62 4010.3
A3 35 5.59 98.19 1635.31
2 B1 210 33.44 3511.25 58520.89
B2 55 8.75 240.62 4010.3
3 C1 43 6.84 147.04 2450.66
C2 49 7.79 190.54 3175.8
4 D1 50 7.79 198.63 3310.5
D2 63 10.02 315.25 5254.28
5 E1 42 6.68 140.11 2335.24
E2 37 5.89 108.93 1815.55
6 F 103 16.39 843.93 14065.5
7 G1 45 7.16 161.14 2685.66
G2 43 6.84 147.04 2450.66
G3 135 21.5 1451.465 24191.08
8 H1 98 15.59 763.86 12731
H2 37 5.89 108.94 1815.66
H3 35 5.57 97.48 1624.67
9 I1 88 14.005 616.247 10270.78
I2 32 5.09 81.49 1358.16
I3 77 12.25 471.625 7860.41
I4 78 12.4 153.76 2562.67
10 J 133.5 21.25 1418.25 23637.5
11 K1 56 8.909 249.45 4157.5
K2 130 20.68 1344 22400
12 L 77 12.25 150.06 2501
13 M 47 7.47 55.80 930
14 N 47 7.47 55.80 930
15 O Buah
16 PETAI 48 7.64 58.36 972.82
Tabel 3. Hasil analisis petak kuadrat
NO NAMA JENIS KR(%) FR(%) DR(%) INP
1 A 10.22 56.28
2 B 6.8 37.5
3 C 6.8 37.5
4 D 6.8 37.5
5 E 6.8 37.5
6 F 3.4 18.76
7 G 6.8 56.28
8 H 6.8 56.28
9 I 13.62 74.04
10 J 3.4 18.76
11 K 6.8 37.5
12 L 3.4 18.76
13 M 3.4 18.76
14 N 3.4 18.76
15 PETAI 3.4 18.76
JUMLAH
PEMBAHASAN
Pada praktikum analisis vegetasi ini, didapat 14 spesies yang namanya belum diketahui, sedangkan satu diketahui namanya adalah petai, dan satu buah yang tidak diketahui dari spesies mana.
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.
Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies A sebesar 20% dan Spesies B sebesar 18%, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies J, Spesies K dan Spesies M.
Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies A sebesar 59%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies A.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonym ,2010 analisis vegetasi. http://www.javanuska.com html Diaakses tanggal 17 Desember
2010
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:
Blackwell Scientific Publications
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB
LAPORAN (LAGI)
PAPER EKOLUM
bismillah
Menuju Jambi Bebas Banjir Dengan Tata Jalan Yang Baik
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, yang tidak terlepas dari pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Di dalam aktivitas ini sering dilakukan perubahan-perubahan terhadap sumber daya alam. Perubahan-perubahan tentunya akan berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Makin tinggi pembangunan, makin tinggi pula perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup.
Pertumbuhan kota dan pengembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan. Contoh saja, di Kota Jambi beberapa kawasan acap kali menerima banjir, atau banjir kiriman sekalipun. Hal ini dikarenakan perkembangan urbanisasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan, sedangkan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan. Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya terletak di koa dan muaranya di sungai yang melewati kota tersebut atau bermuara ke laut. Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah (surface drainage) atau lewat di bawah permukaan tanah (sub surface drainage) untuk dibuang ke sungai, danau dan laut. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun limbah industri. Oleh karena itu drainase perkotaan harus terpadu.
Namun di Jambi, dan umumnya di kota-kota di Indonesia, drainase pinggir jalan itu bukan saluran untuk mengeringkan jalan saja tapi juga saluran air kotor dari pemukiman penduduk di sepanjang jalan. Rumah dan kantor, bahkan komplek perumahan membuang air dan juga sampah pada saluran drainase jalan yang ada. Jadi, walaupun ada drainase, tapi tidak dirawat. Akibatnya, ketika hujan banyak sekali jalan di Jambi tergenang banjir. Pada saat banjir, kendaraan tetap melintas, ini menyebabkan kerusakan. Contoh: pada kawasan Pattimura dan Bangunan Bawah Kota Jambi.
Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaimana diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan. Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Pola aliran pembuangan yang ideal untuk suatu perkotaan ialah elevasi fasilitas outlet harus di atas muka maksimum pembuangan. Sehingga terjadinya muka air balik pada saluran drainase dapat dihindari.
Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan ke arah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus, menikung, maka kemiringan jalan satu arah, tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah.
Sering sekali kita lihat dan kita alami saat hujan besar dan lumayan lama frekuensinya di Jambi, dalam beberapa menit saja, beberapa kawasan langsung digenangi banjir. Contohnya pada kawasan POM Bensin Simpang Bangunan Bawah. Yang kadang, untuk melintasi daerah itu saat banjir, orang-orang harus mendorong motor mereka karena mogok. Selain itu Saluran air harusnya merupakan bagian dari jalan sebenarnya. Tapi untuk kota, biasanya saluran pinggir jalan juga menjadi saluran perumahan, kios (toko) dan paling parah adalah Ruko dan saluran pembuangan.
‘Sudah jatuh tertimpa tangga’, perumpamaan inilah yang cocok jika mengalaminya. Sudah banjir, untuk melewati kawasan banjir tersebut pun, perlu kehati-hatian, karena ditakutkan pengendara jatuh di tengah banjir akibat lubang pada jalan tersebut. Salah satu masalah lain yang juga dapat di amati di Kota Jambi ini, ialah hampir semua jalan di Kota Jambi menggunakan campuran agregat (batu pecah) dan aspal. Musuh utama aspal adalah air, karena air bisa melonggarkan ikatan antara agregat dengan aspal. Kerusakan yang umum terjadi di jalan-jalan dalam kota adalah adanya air yang menggenangi permukaan jalan.
Pada saat ikatan aspal dan agregat longgar karena air, kendaraan yang lewat akan memberi beban yang akan merusak ikatan tersebut dan permukaan jalan pada akhirnya. Tipikal kerusakan karena pengaruh air adalah lubang. Sekali lubang terbentuk maka air akan tertampung di dalamnya sehingga dalam hitungan minggu lubang yang semua kecil dapat membesar dengan cepat. Itulah sebabnya kerusakan jalan sering dikatakan bersifat eksponensial
Ketika aspal ikatannya longgar pun, sebenarnya tidak masalah kalau tidak ada beban. Namun, ketika ikatannya longgar lalu ada kendaraan lewat, inilah yang mengawali kerusakan. Awalnya muncul lubang kecil. Air kemudian masuk lagi ke lubang tersebut. Akhirnya, lobang yang kecil tadi semakin membesar. Hubungan kerusakan jalan terhadap waktu terjadi secara eksponensial.
Tipikal kerusakan karena kualitas dan diperparah oleh air adalah terjadinya tidak menerus, hanya berupa spot-spot saja. Kalau karena beban, cenderung terjadinya menerus dan bahkan bisa sepanjang jalan. Yang banyak ditemui di jalan-jalan kota Bandung adalah lubang tidak terlalu lebar tapi dalam. Ini salah satu contoh kerusakan jalan karena kualitas jalan yang buruk dan diperparah oleh air, khususnya air yang menggenang.
Sebenarnya, ketika jalan didesain, ia harus kuat terhadap beban lalu lintas. Umur rencana lima tahun umumnya diterapkan untuk jalan baru. Jalan yang rusak karena beban biasanya bercirikan retak dan kadang disertai dengan amblas. Contohnya pada jalan lintas dari gerbang Muaro Jambi menuju arah ke Simpang Rimbo.
Sedikit solusi dari permasalahan yang dihadapi Kota Jambi atau mungkin juga Kota-Kota lain umumnya di Indonesia ialah jika melakukan perbaikan drainase jalan di kawasan padat, perlu dipertimbangkan untuk membuat yang lebih dalam, termasuk sistem inlet-nya untuk mereduksi aliran sampah ikut masuk ke dalam drainase. Sebab pemisahan antara saluran drainase jalan dan saluran pembuangan air kotor pemukiman mungkin sulit diterapkan karena selain keterbatasan juga umumnya masalah tersebut terjadi pada daerah terbangun yang cukup padat dan sudah berlangsung lama. Untuk desain pembanguan drainase jalan atau perbaikan drainase jalan perlu memperhatikan kondisi tata guna lahan disekitarnya.
ANALISIS VEGETASI
A1C408018
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Abstrak
Analisa vegetasi secara garis besar adalah mempelajari komunitas tumbuhan yang mencakup identifikasi species, bentuk pertumbuhan spesies. Vegetasi erat kaitannya dengan sampling. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Diameter vegetasi yang dipilih memiliki diameter lebih dari 10 cm. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah dan pengaturan tata air tanah. Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik
Kata Kunci : Vegetasi, Plot, Metode Petak, Sampling,
Pendahuluan
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Anonim, 2008). Sedangkan Muller (1974) menyatakan bahwa analisa vegetasi secara garis besar adalah mempelajari komunitas tumbuhan yang mencakup identifikasi species, bentuk pertumbuhan spesies. Sedangkan khusus synekologi atau ekologi komunitas tumbuhan dikenal sebagai phytososiologi atau sosiologi tumbuhan (Made, 1982).
Analisa pada berbagai sifat terdiri dari jenis yang kualitatif dan yang kuantitatif. Jenis yang kualitatif berifat memerikan karena kesulitan untuk mengukurnya, meskipun kebanyakan data kualitatif itu dapat ditentukan kuantitasnya kemudian, tetapi jenis yang kuantitatif adalah corak yang dapat diukur dengan mudah (Ewusie, 1990).
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsif penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agr individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaianTitik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis.
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu
BAHAN DAN METODE
Percobaan mengenai analisis vegetasi ini dilakukan di Hutan Kampus Universitas Jambi, tepatnya kawasan hutan yang berada di belakang UPT Bahasa. Hal ini dikarenaka analisis vegetasi adalah pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies, jenis, peranan dan struktur dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Praktikum kali ini digunakan alat dan bahan seperti tali raffia, gunting, meteran, patok kayu dan alat tulis serta kertas label tentunya.
Selanjutnya tali raffia ditarik dengan ukuran panjang 8 meter. Kemudain dibuat petak (plot) berseling-seling. Pada pembuatan plot ini masing-masing kelompok bertanggung jawab pada satu plot yang telah dibagi, dan dua kelompok bertanggung jawab terhadap plot yang satunya lagi. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap keliling pohon, selanjutnya nama spesies yang ditemukan dicatat pada plot berapa spesies itu ditemukan. Terakhir spesies yang ditemukan diidentifikasi dan dimasukkan dalam tabel hasil penghitungan vegetasi lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data pengamatan
NO NAMA SPESIES JUMLAH PADA PLOT ∑
1 2 3 4 5 6
1 A I I I 3
2 B I I 2
3 C I I 2
4 D I I 2
5 E II 2
6 F I 1
7 G I II 3
8 H II I 3
9 I II I I 4
10 J I 1
11 K II 2
12 L I 1
13 M I 1
14 N I 1
15 O I 1
16 PETAI I 1
JUMLAH 3 7 6 2 5 6 29
Table 2. Data keliling, jari-jari dan bidang dasar suatu jenis
NO SPESIES Keliling (cm) r(cm) Luas (cm2) Bidang dasar
1 A1 101 16.08 812.63 13543.83
A2 55 8.75 240.62 4010.3
A3 35 5.59 98.19 1635.31
2 B1 210 33.44 3511.25 58520.89
B2 55 8.75 240.62 4010.3
3 C1 43 6.84 147.04 2450.66
C2 49 7.79 190.54 3175.8
4 D1 50 7.79 198.63 3310.5
D2 63 10.02 315.25 5254.28
5 E1 42 6.68 140.11 2335.24
E2 37 5.89 108.93 1815.55
6 F 103 16.39 843.93 14065.5
7 G1 45 7.16 161.14 2685.66
G2 43 6.84 147.04 2450.66
G3 135 21.5 1451.465 24191.08
8 H1 98 15.59 763.86 12731
H2 37 5.89 108.94 1815.66
H3 35 5.57 97.48 1624.67
9 I1 88 14.005 616.247 10270.78
I2 32 5.09 81.49 1358.16
I3 77 12.25 471.625 7860.41
I4 78 12.4 153.76 2562.67
10 J 133.5 21.25 1418.25 23637.5
11 K1 56 8.909 249.45 4157.5
K2 130 20.68 1344 22400
12 L 77 12.25 150.06 2501
13 M 47 7.47 55.80 930
14 N 47 7.47 55.80 930
15 O Buah
16 PETAI 48 7.64 58.36 972.82
Tabel 3. Hasil analisis petak kuadrat
NO NAMA JENIS KR(%) FR(%) DR(%) INP
1 A 10.22 56.28
2 B 6.8 37.5
3 C 6.8 37.5
4 D 6.8 37.5
5 E 6.8 37.5
6 F 3.4 18.76
7 G 6.8 56.28
8 H 6.8 56.28
9 I 13.62 74.04
10 J 3.4 18.76
11 K 6.8 37.5
12 L 3.4 18.76
13 M 3.4 18.76
14 N 3.4 18.76
15 PETAI 3.4 18.76
JUMLAH
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan praktikum mengenai analisis vegetasi ini, didapatkan 14 spesies yang namanya belum diketahui, sedangkan dua di antaranya diketahui namanya yaitu petai hutan dan pohon medang, dan satu buah yang tidak diketahui dari spesies mana. Metode yang digunakan adalah metode intersepsititik.
Ewusie (1990) menyatakan Analisa pada berbagai sifat terdiri dari jenis yang kualitatif dan yang kuantitatif. Jenis yang kualitatif berifat memerikan karena kesulitan untuk mengukurnya, meskipun kebanyakan data kualitatif itu dapat ditentukan kuantitasnya kemudian, tetapi jenis yang kuantitatif adalah corak yang dapat diukurdengan mudah.
Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan (Arijani.2006).
Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies A sebesar 59%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas Jambi adalah dari Spesies H.
Spesies yang terkecil terdapat pada spesies M dan N, sedangkan vegetasi yang dominan paling besar pada spesies B, J, F dan H.
KESIMPULAN
Frekuensi Relatif tertinggi terdapat pada spesies I yaitu sebesar 3,5%
Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies I sebesar 67%
Frekuensi vegetasi terendah pada spesies B, F dan K yaitu sebesar 16 %
Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada spesies B yaitu sebesar 62.432
Analisis Vegetasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pesatnya penyebaran suatu spesies pada suatu area pangamatan/penelitian. Sehingga dapat diketahui kerapatan, frekuensi, dominansi, dan INP dari spesies itu sendiri. Dengan adanya kegiatan analisis vegetasi dapat diketahui komposisi jenis dan struktur tegakan alam.
DAFTAR RUJUKAN
Anonym ,2010 analisis vegetasi. http://www.indonesianusa.co.cc.html Diaakses tanggal 17 Desember 2010
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:
Blackwell Scientific Publications
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Latifah, Siti. 2008. Analisis Vegetasi Tumbuhan Hutan. USUlibrary.ebook.com. Diakses 15 Desember 2010
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan . KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB
LAMPIRAN
Frekuensi Mutlak (FM) = (jumlah plot yang terisi suatu jenis)/(jumlah seluruh plot)
Spesies a : 3/6 = 0,5
Spesies b : 1/6 = 0,16
Spesies c : 2/6 = 0,33
Spesies d : 2/6 = 0,33
Spesies e : 2/6 = 0,33
Spesies f : 1/6 = 0,16
Spesies g : 3/6 = 0,5
Spesies h : 3/6 = 0,5
Spesies I : 4/6 = 0,67
Spesies j : 1/6 = 0,16
Spesies k : 2/6 = 0,33
Spesies l : 1/6 = 0,16
Spesies m : 1/6 = 0,16
Spesies n : 1/6 = 0,16
Spesies o : 0/6 = 0
Petai : 1/6 = 0,16
∑ FM : 4,61
Frekuensi Relatif (FR) = (frekuensi suatu jenis)/(frekuensi seluruh jenis) × 100%
Spesies :0,5/4,61 × 100 % = 10,8 %
Spesies b : 0,16/4,61 × 100 % = 3,5 %
Spesies c : 0,33/4,61 × 100 % = 7,1 %
Spesies d : 0,33/4,61 × 100 % = 7,1 %
Spesies e : 0,33/4,61 × 100 % = 7,1 %
Spesies f : 0,16/4,61 × 100 % = 3,5 %
Spesies g : 0,5/4,61 × 100 % = 10,8 %
Spesies h : 0,5/4,61 × 100 % = 10,8 %
Spesies i : 0,67/4,61 × 100 % = 14,5 %
Spesies j : 0,16/4,61 × 100 % = 3,5 %
Spesies k : 0,33/4,61 × 100 % = 7,1 %
Spesies l : 0,16/4,61 × 100 % = 3,5 %
Spesies m : 0,16/4,61 × 100 % = 3,5 %
Spesies n : 0,16/4,61 × 100 % = 3,5 %
Spesies o : 0/4,61 × 100 % = 0 %
Petai : 0,16/4,61 × 100 % = 3,5 %
∑ FR : 99,8 %
Dominansi Mutlak = (Luas Bidang Dasar Suatu Jenis)/(luas SAtuan (Ha))
spesies A = 1150,62/0,06=19.177
spesies B = 3745,92/0,06=62.432
Spesies C = 2437,58/0,06=7293
Spesies D = 513,88/0,06=8564,6
Spesies E = 2490,044/0,06=4155,07
Spesies F = 843,93/0,06=14.065,5
Spesies G = 308,18/0,06=5136,3
Spesies H = 970,28/0,06=16.171,3
Spesies I = 1323,12/0,06=22.052
Spesies J = 1418,25/0,06=70.912,5
Spesies K = 1593,45/0,06=26.557,5
Spesies L = 150,06/0,06=1790
Spesies M = 55,80/0,06=930
Spesies N = 55,80/0,06=930
Spesies O = buah
Pete = 132,28/0,06=2204,6
bismillah
LAPORAN...LAPORAN LAGI
ANALISIS VEGETASI
Desmawati (A1C408054)
Kelompok IV:
Desmawati, Dede Nur Lela Sari, Dawam Suprayogi, Dianadita, Mahendra
ABSTRAK
Analisis vegatasi adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 27 November 2010 di Hutan UNJA yang berada di belakang LAB. BAHASA . praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati. Parktikum ini dilakukan dengan membuat plot sebesar 10 x 10 meter, plot dibuat sebanyak kelompok yang ada. Diamati spesies yang ada pada plot yang diamati.
Keywords: Analisis vegetasi, tumbuh-tumbuhan
PENDAHULUAN
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
(Anonym 2010)
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).
Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman.
Analisa vegetasi secara garis besar adalah mempelajari komunitas tumbuhan , yang mencakup identifikasi species, bentuk pertumbuhan species. Sedangkan khusus synekologi atau ekologi komunitas tumbuhan dikenal sebagai phytososiologi atau sosiologi tumbuhan.
Analisis vegetasi adalah suatu analisis yang bertujuan untuk mempelajari karakter suatu komunitas Analisa pada berbagai sifat terdiri dari jenis yang kualitatif dan yang kuantitatif. Jenis yang kualitatif berifat memerikan karena kesulitan untuk mengukurnya, meskipun kebanyakan data kualitatif itu dapat ditentukan kuantitasnya kemudian, tetapi jenis yang kuantitatif adalah corak yang dapat diukurdengan mudah .
Prinsif penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agr individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanfa duplikasi atau pengabaian. Karena titk berat analisa vegetasi terletak pada komposisi komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contohyang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Are (KSA).
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : 1. Luas minimum suatu petak yang dapat mewaskili habitat yang akan diukur, 2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendaptarkan jenis‐jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis‐jenis yang ditemukan kembali didaptar. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimum ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5‐10 % .
BAHAN DAN METODE
Praktikum analisis vegetasi ini memerlukan alat seperti tali raffia, penghitung, alat ukur diameter pohon, meteran 10 meter, patok tanda pembatas, alat tulis dan kertas lebel, penggaris, buku flora, plastik sebagai tempat sampel. Bahan yang digunakan adalah komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum.
Cara kerja praktikum ini adalah ditarik sepanjang 100 meter pada lokasi yang ditentukan. Dibuatlah petak-petak dengan ukuran 10 M X 10M secara berselang selang , pada sitiap(kotak) diamati jenis vegetasinya terutama diameter batangnya 10 cm, kerena sulit mengukur diameter batang, maka dihitung kelilingnyan saja. Dicatat nama spesies vegetasi yang terdapat didalam plot, jika belum mengetahui nama spesiesnya gunakan nama spesies A, B, C dan seterusnya. Dikumpulkan data dari semua plot dan dianalisis dalam satu kesatuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1. Data pengamatan
NO NAMA SPESIES JUMLAH PADA PLOT ∑
1 2 3 4 5 6
1 A I I I 3
2 B I I 2
3 C I I 2
4 D I I 2
5 E II 2
6 F I 1
7 G I II 3
8 H II I 3
9 I II I I 4
10 J I 1
11 K II 2
12 L I 1
13 M I 1
14 N I 1
15 O I 1
16 PETAI I 1
JUMLAH 3 7 6 2 5 6 29
Table 2. Data keliling, jari-jari dan bidang dasar suatu jenis
NO SPESIES Keliling (cm) r(cm) Luas (cm2) Bidang dasar
1 A1 101 16.08 812.63 13543.83
A2 55 8.75 240.62 4010.3
A3 35 5.59 98.19 1635.31
2 B1 210 33.44 3511.25 58520.89
B2 55 8.75 240.62 4010.3
3 C1 43 6.84 147.04 2450.66
C2 49 7.79 190.54 3175.8
4 D1 50 7.79 198.63 3310.5
D2 63 10.02 315.25 5254.28
5 E1 42 6.68 140.11 2335.24
E2 37 5.89 108.93 1815.55
6 F 103 16.39 843.93 14065.5
7 G1 45 7.16 161.14 2685.66
G2 43 6.84 147.04 2450.66
G3 135 21.5 1451.465 24191.08
8 H1 98 15.59 763.86 12731
H2 37 5.89 108.94 1815.66
H3 35 5.57 97.48 1624.67
9 I1 88 14.005 616.247 10270.78
I2 32 5.09 81.49 1358.16
I3 77 12.25 471.625 7860.41
I4 78 12.4 153.76 2562.67
10 J 133.5 21.25 1418.25 23637.5
11 K1 56 8.909 249.45 4157.5
K2 130 20.68 1344 22400
12 L 77 12.25 150.06 2501
13 M 47 7.47 55.80 930
14 N 47 7.47 55.80 930
15 O Buah
16 PETAI 48 7.64 58.36 972.82
Tabel 3. Hasil analisis petak kuadrat
NO NAMA JENIS KR(%) FR(%) DR(%) INP
1 A 10.22 56.28
2 B 6.8 37.5
3 C 6.8 37.5
4 D 6.8 37.5
5 E 6.8 37.5
6 F 3.4 18.76
7 G 6.8 56.28
8 H 6.8 56.28
9 I 13.62 74.04
10 J 3.4 18.76
11 K 6.8 37.5
12 L 3.4 18.76
13 M 3.4 18.76
14 N 3.4 18.76
15 PETAI 3.4 18.76
JUMLAH
PEMBAHASAN
Pada praktikum analisis vegetasi ini, didapat 14 spesies yang namanya belum diketahui, sedangkan satu diketahui namanya adalah petai, dan satu buah yang tidak diketahui dari spesies mana.
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.
Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies A sebesar 20% dan Spesies B sebesar 18%, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies J, Spesies K dan Spesies M.
Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies A sebesar 59%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies A.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonym ,2010 analisis vegetasi. http://www.javanuska.com html Diaakses tanggal 17 Desember
2010
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:
Blackwell Scientific Publications
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB
Lemari Hati
Lagi.., malam ini inbox hape ku bludak dengan curhatan akhwat-akhwat.
Empat hari yang lalu, aku dimintain solusi ama akhwat A. solusi akhwat A harus bagaimana dengan akhwat B. Biasa ini masalah gak teguran, diem-dieman dan gak nyamanan.
Bak mama lauren aku coba menulusuri masalah yang kata akhwat A ini sampe membuatnya menangis. Ajaib,.di tengah kebutekan membuat laporan praktikum sempat-sempatnya mikirin solusi berantem-beranteman. Hahaa..dan Solusi ku pun keluar, dengan segala intrik dan rekayasa aku coba kasih solusi. Dan akhirnya….tara,,,,,,,,,!!
‘Ajaib mereka baikan setelah ngadain discuss dengan aku, akhwat bar-bar yang mencoba endalami jati dirinya. wkwkwk’
Dan malam ini, akhwat C sms aku. Lagi-lagi dengan bahasa yang sama dengan orang sbelumnya
‘Ukh..,sy makin gak mengerti dengan beliau. Hal ini membuat sy dak nyaman dan bosen dicuekin beliau terus’
Kan..lagi-lagi masalah renggangnya tali ukhuwah, masalah gak nyamanlah, males la, sebel la ..de el el la..,
Ingin rasanya jika aku ikuti jiwaku yang sedang mabuk ini, aku balas sms akhwat C dengan kata-kata ‘Cuekin balek’. bhahaha
Kali ini bukan insting Mama Lauren yang coba aku pakai, Tapi gaya Sotoi Uya Kuya yang aku terapkan.
Dan mulai lah Insting sotoi ini mengalir untuk memberi sedikit pencerahan
“Ukh..sebenarnya, sy dak bs ngasih apo2, soal teori klian berdua paham la dak (Akhwat C dan Akhwat D). kalian kan kader, dan sya rasa untuk teori kalian sudah di luar kepala. Bukankah hal-hal sepele seperti itu yang dapat menghmbat kinerja kita..??, Bukan ada yang salah dengan susunan lemari-lemari kalian, Maybe Ukh..!!”
“Dalam pikiran sy yg sangat absurd ini, hati itu layaknya lambung pada ruminansia (alias hewan memamah biak. Pada ruminansia kan ada perut Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum.) Nah….mungkin lemari hati klian yg sedang kotor berdebu. Sy dak tw pasti ukh, lemari yang mana,
Ya..lemari hati ukh, Saia yakin ada lemari hati.
>Lemari hati untuk mrsa sombong<
>Lemari hati untuk mrasa benci<
>Lemari hati untuk mrsakan sayang<
>lemari hati untuk mrsakan sebel, marah<
>Dan Lemari hati untuk mrsakan VMJ, maybe. Hehehhe<
Doh…sy kira kuliah kagak ada bginian lagi yak..??. ternyata malah banyak..!!
Adoh…aneh2 bae…
woot...La jam 12 lewat, ah..(sleep) dlu ah..